9 Teknik Mewawancarai Narasumber Secara Online

wawancara online

Tips wawancara jarak jauh dengan narasumber saat pandemi.

Kugy Mukhlis

NUUSDO.COM – Bagi jurnalis, wawancara adalah metode penting untuk memverifikasi informasi serta mengumpulkan bahan berita, seperti data-data dan pernyataan ahli. Jika biasanya jurnalis melakukan wawancara secara tatap muka, pandemi Covid-19 telah mengubah kebiasaan tersebut. Wawancara saat ini dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi panggilan (suara atau video).

Sebenarnya, wawancara online bukanlah hal yang baru. Selama ini, jurnalis mengenal dua metode dalam menggali informasi dari narasumber, yakni secara langsung (tatap muka) dan tak langsung. Wawancara tak langsung biasanya melalui sambungan telepon, teks (chatting), dan email (wawancara tertulis).

Wawancara tertulis tentu memiliki tantangan tersendiri karena jurnalis tak dapat leluasa menggali informasi lebih dalam. Sedangkan, wawancara online sangat rawan terhadap gangguan, seperti sinyal telekomunikasi yang buruk, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman atau situasi tak nyaman.

Ada beberapa cara untuk mengatasi tantangan di atas. Berikut ini, sejumlah tips yang dihimpun dari berbagai sumber.

Buat janji dan pastikan memilih narasumber yang tepat

Tentukan siapa saja narasumber yang perlu dihubungi untuk meminta keterangan atau informasi. Bila perlu, buatlah daftar narasumber yang terkait dengan isu yang akan jadi berita.

Jika informasi yang dibutuhkan lebih dari sekadar konfirmasi, ada baiknya membuat janji wawancara terlebih dahulu. Sebaiknya sampaikan pula pada narasumber siapa saja yang akan hadir dalam wawancara online tersebut, misalnya anggota tim kerja. Hal ini bertujuan agar narasumber menjadi lebih nyaman dan dapat mempersiapkan data lengkap.

Siapkan daftar pertanyaan

Agar wawancara berjalan efektif, jurnalis perlu menyiapkan daftar pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar wawancara tidak bertele-tele dan topik yang dibahas tidak melebar kemana-mana.

Jika memang diperlukan, jurnalis dapat mengirimkan daftar pertanyaan lebih dulu ke narasumber, terutama pertanyaan yang memang membutuhkan data atau dokumen yang mendukung suatu informasi, seperti bukti-bukti hukum, statistik, dan lain sebagainya.

Persiapkan alat dan cek wifi

Untuk melakukan wawancara online, Anda memerlukan: alat perekam, aplikasi panggilan, headphone agar memperoleh kualitas suara rekaman yang jernih (apabila akan membuat rekaman podcast), alat transkrip, dan sambungan wifi yang kuat.

Sebelum memulai wawancara, pastikan baterai laptop atau smartphone sudah terisi penuh. Pilih aplikasi panggilan via internet (voice over internet proticol atau VoIP), bukan saluran telepon biasa, karena biasanya memiliki alat perekam. Meski demikian, ada baiknya siapkan pula alat perekam tambahan sebagai cadangan, misalnya dengan mengunduh aplikasi pada laptop atau ponsel. Hal ini sebagai antisipasi adanya gangguan atau kerusakan mendadak. Sedangkan alat transkrip bermanfaat untuk memudahkan jurnalis menuliskan hasil wawancara.

Dapatkan persetujuan untuk merekam dan hormati kesepakatan ‘off the record’

Seperti halnya wawancara tatap muka, jurnalis perlu memberitahu narasumber apabila akan merekam percakapan. Sampaikan pula, alasan mengapa wawancara tersebut perlu direkam, yakni untuk menjaga akurasi. Meski begitu, jurnalis harus menghormati apabila narasumber meminta beberapa bagian dalam percakapan tersebut sebagai rahasia (off the record).

Tekan tombol ‘mute‘ ketika narasumber berbicara

Jika Anda menggunakan aplikasi panggilan video seperti Zoom atau Google Meet, usahkan selalu mematikan microphone atau tombol ‘mute‘ saat narasumber sedang berbicara. Hal ini perlu Anda lakukan agar narasumber tidak terganggu dengan suara-suara yang muncul di sekitar lokasi. Suasana yang hening diperlukan sehingga narasumber nyaman berbicara dan suara dapat terekam lebih jelas.

Tentukan apakah akan mematikan atau menghidupkan layar

Pada dasarnya, tidak ada ketentuan khusus bagaimana sebaiknya wawancara virtual dilakukan. Untuk televisi, redaksi tentu saja sangat membutuhkan rekaman wawancara yang tampak visual. Sedangkan radio dan teks biasanya lebih mengutamakan rekaman audio.

Baca buku: Protokol Keamanan Liputan & Pemberitaan COVID-19

Untuk itu, jurnalis dapat menyampaikan pada narasumber dan membuat kesepakatan yang nyaman bagi kedua belah pihak. Akan tetapi, apabila jurnalis dan narasumber belum pernah bertemu sebelumnya, wawancara online dengan menghidupkan layar tentu sangat disarankan.

Bersikap sopan, tepat waktu, dan pilih tempat yang tenang

Jurnalis harus tampil sopan dan rapi meskipun wawancara online biasanya dilakukan dari rumah. Tepati jadwal yang telah disepakati bersama. Usahakan tidak terlambat.
Selain itu, sebaiknya pilih ruangan yang tenang sehingga wawancara dapat berlangsung tanpa gangguan dan dapat direkam dengan baik.

Cek kembali semua perlengkapan sebelum mulai wawancara dan buatlah cadangan file

Saat wawancara biasanya ada saja persoalan teknis yang akan ditemui, seperti aplikasi yang tiba-tiba mati, atau jurnalis ternyata tidak paham bagaimana mengoperasikan aplikasi tertentu. Untuk menghindari kepanikan dan kendala tersebut, sebaiknya cek ulang persiapan Anda. Bila Anda belum terbiasa dengan aplikasi tertentu, usahakan mencobanya terlebih dahulu? Buatlah pula cadangan file rekaman wawancara di tempat lain, seperti USB stick, sehingga bila file rusak atau hilang, Anda masih memiliki kopiannya.

Berterimakasih usai wawancara

Ucapkan terima kasih usai wawancara. Narasumber akan sangat dihargai dengan ucapan singkat tersebut. Apabila perlu, tanyakan pada narasumber apakah Anda dapat menghubunginya kembali, misalnya via email atau messenger apabila ada data yang masih kurang.(*)

Baca juga