Strategi menjadi jurnalis video yang handal di lapangan, menguasai isu, dan mengemas video berita yang layak tayang.
Kugy Mukhlis
Menjadi jurnalis video, atau kerap disebut VJ (video journalist), bukanlah profesi yang mudah. Tanggung jawab pekerjaannya tak hanya satu, melainkan rangkap empat sekaligus. Yakni, sebagai produser, reporter, kamerawan, juga editor. Itulah mengapa, mereka harus membekali diri dengan teknik dan keahlian khusus.
Seperti halnya fotografer, jurnalis video yang handal harus lihai merekam setiap gambar (footage) yang mampu bercerita, memiliki emosi dan memperkuat narasi. Bagaimana cara jurnalis video profesional bekerja? Bagaimana membuat video jurnalistik yang menarik? Apa saja yang perlu kita pahami? Berikut ini rangkuman tips dari berbagai sumber.
Menguasai tema
Setiap jurnalis video harus menguasai tema atau isu. Caranya dengan mengikuti berita, mencari tahu latar belakang isu tersebut, atau menggali informasi apa saja yang relevan dengan topik berita yang akan menjadi tersebut.
Penguasaan tema ini penting agar jurnalis tahu informasi apa yang akan mereka kembangkan, pertanyaan-pertanyaan apa yang perlu dia sampaikan kepada narasumber, dan gambar apa saja yang mendukung berita tersebut.
Mengembangkan pertanyaan
Dalam sebuah diskusi, redaktur video Republika.co.id Wisnu Aji menekankan pentingnya jurnalis video membuat persiapan sebelum wawancara.
Persiapan itu bertujuan agar wawancara tidak bertele-tele dan jurnalis dapat bertanya langsung pada pokok persoalan. Jurnalis video juga perlu memastikan bahwa informasi yang akan dia tanyakan ke narasumber adalah fakta, bukan hoax.
Seringkali, kata dia, wawancara dengan narasumber dilakukan secara doorstop. Pada kondisi demikian, jurnalis video harus mampu menarik perhatian narasumber, salah satunya dengan melempar pertanyaan kunci yang menarik (gimmick).
Jeli dalam menangkap momentum penting
Dalam uraiannya, Wisnu Aji menekankan, kemampuan jurnalis video dalam menangkap momentum penting akan mempengaruhi nilai sebuah berita. Seorang jurnalis, lanjut dia, perlu teliti dan peka dalam menyeleksi gambar mana saja yang memiliki momentum menarik. Untuk mendapatkan itu, jurnalis video tentu harus memiliki banyak stok gambar.
Menjadi yang pertama
Tidak dipungkiri, media biasanya bersaing satu sama lain untuk menjadi yang paling cepat mengabarkan berita. Padahal, seringkali Anda bukanlah orang pertama datang di lokasi peristiwa. Bagaimana menyiasatinya?
Seorang jurnalis video akan selalu jeli mencari sudut pandang (angle) berita yang berbeda dari yang telah diangkat media lain. Misalnya, saat peristiwa tsunami di Aceh, jurnalis dari daerah lain yang datang meliput, biasanya akan menemukan berbagai angle liputan yang menarik, seperti warga yang kesulitan air bersih, sulitnya menjangkau lokasi tertentu karena jembatan putus, sinyal telekomunikasi yang mati total, dan sebagainya.
Kemampuan memprediksi keadaan
Pada situasi tertentu, jurnalis video kadang-kadang berhadapan dengan hal yang tak terduga-duga. Misalnya, menghadapi penolakan pihak tertentu saat akan mengambil gambar peristiwa, narasumber tidak mau berbicara di depan kamera, dan sebagainya. Jurnalis video harus selalu kreatif memutar otak mencari langkah alternatif untuk menyiasati kendala-kendala tersebut.
Jangan mengandalkan gambar dari lapangan saja
Saat melaporkan berita, terutama features atau laporan khusus, jurnalis video perlu kreatif memperkaya informasi dengan memanfaatkan data atau gambar dari sumber-sumber sekunder. Misalnya, dalam peristiwa bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, biasanya warganet akan membagikan berbagai foto dan video amatir ke akun media sosial mereka.
Baca buku: Advice for Multimedia Journalist
Jurnalis dapat memanfaatkan data yang ia dapatkan di media sosial tersebut, selama sumbernya terverifikasi dan mencantumkan siapa yang mengunggah ke media sosial. Data dari warganet akan bermanfaat untuk mendukung cerita dan kronologi.
Merekam gambar yang aktual
Semakin aktual peristiwa akan semakin menarik perhatian permirsa. Misalnya, berita tentang kebakaran sebuah pasar akan terasa lebih emosional bila jurnalis video dapat merekam peristiwa tersebut, daripada memasang ilustrasi atau footage peristiwa serupa lainnya, meskipun beritanya up-to-date.
Menyesuaikan alat bawaan sesuai lokasi
Kecakapan menguasai teknologi dan melengkapi diri dengan sejumlah alat pendukung memang akan bermanfaat bagi jurnalis video untuk memperoleh kualitas gambar terbaik. Akan tetapi, Anda tetap harus mempertimbangkan fleksibilitas dalam liputan. Tidak semua peristiwa membutuhkan alat yang lengkap, misalnya, saat harus menjangkau lokasi yang jauh dan sulit, bawaan yang banyak tentu akan jadi kendala tersendiri.
Video bercerita sesuai alur
Ketika mengambil gambar dan mengeditnya, Anda harus tahu bagaimana alur ceritanya, sehingga ketika video tayang akan sinkron dengan narasi atau naskah. Cara ini akan membuat si penonton paham dan merasa nyaman melihat setiap gambar yang Anda suguhkan.
Perhatikan audio, judul dan narasi berita
Berita video yang bagus akan memenuhi beberapa unsur berikut ini: gambar yang menarik, kualitas audio yang jelas, narasi yang tepat, suara narator (voice over) yang intonasinya pas, dan judul berita yang memikat.
Pada saat jurnalis video harus mengambil gambar di lokasi ramai, sebaiknya perlu melengkapi diri dengan alat pengeras suara (microphone) tambahan sehingga suara yang terekam tetap jernih. (*)